Kartini Zaman Now: Mandiri dan Menginspirasi

Kartini Zaman Now: Mandiri dan Menginsipirasi

Kartini Zaman Now: Mandiri dan Menginspirasi -- Kartini merupakan sosok yang sangat berjasa dalam emansipasi perempuan. Berkat karya dan perjuangannya, peran perempuan dalam berbagai hal semakin dipertimbangkan. Banyak perempuan kini menduduki jabatan-jabatan strategis, seperti Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial RI, Puan Maharani sebagai ketua DPR RI, dan masih banyak lagi.

Pada Maret 2022 silam, Yayasan Duta Indonesia Maju (YDIM) menganugerahi 20 Perempuan terpilih sebagai Women of The Year. Mereka terpilih berkat kontribusi mereka dalam berbagai bidang, baik di dalam maupun di luar negeri. Kontribusi mereka cukup bergengsi dan berdampak pada banyak orang, seperti pencegahan aborsi, menjadi relawan untuk yatim piatu, lansia, dan anak putus sekolah. Hal ini semakin menguatkan bahwa perempuan tidak hanya sebagai pengikut saja, tapi bisa juga menjadi aktor penggerak dalam sebuah perubahan.

Namun, perlu kita pahami bahwa hal-hal besar tidak hanya terbatas pada bidang-bidang bergengsi saja. Ada banyak perempuan yang juga memiliki perjuangan besar. Misalnya, buruh perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan pembuatan sepatu. Tidak sedikit dari mereka yang saat ini memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus tulang punggung bagi keluarga. Hal besar seperti ini kerap dianggap sepele dan terabaikan.

Baca Juga: 
Cara Mudah Cek Sertifikat Halal MUI 

Rutinitas mereka dapat dipastikan sangatlah padat. Pagi-pagi mereka harus bangun cepat untuk menyiapkan sarapan keluarga, mempersiapkan perlengkapan sekolah anaknya, memanaskan motor, mencuci dan menjemur kain, dan masih banyak lagi. Hectic-nya aktivitas pagi seperti itu tentunya sangat menguras energi.

Sesampai di tempat kerja, mereka mulai mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan jobdesk mereka. Ada yang bekerja di bagian cutting, sewing, assembling, purchasing, marketing dan sebagainya. Keseharian mereka ‘dihantui’ oleh target pekerjaan yang sudah ditentukan perusahaan.

Cita-cita mereka mungkin terlihat sederhana, namun harapan akan perubahan nasib keluarga sangatlah besar. Mereka menaruh harapan besar kepada anak-anak mereka agar kelak memiliki nasib yang lebih baik. Perempuan-perempuan ini tahu bahwa pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan itu dan mereka tidak ingin harapan itu pupus.

Kartini dan Semboyan “Aku Mau”

“Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau!’. Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tiada dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung” adalah salah satu kutipan Kartini yang berhasil memotivasi banyak perempuan Indonesia dalam mencapai impian mereka.

Perubahan zaman yang sangat cepat dan kompleks menjadikan perempuan semakin tangguh. Semangat Kartini sudah membara dalam diri mereka. Mereka kini “banyak mau” demi tercapainya cita-cita mereka.

Perempuan dan Hasrat untuk Mandiri

Stereotip tentang perempuan sebagai ibu rumah tangga sudah tidak relevan lagi saat ini. Meski beberapa perempuan masih bersedia menjadi ibu rumah tangga, namun tak sedikit juga ikut mencari uang demi kebutuhan keluarga.

Ada yang memilih untuk membuka usaha kecil-kecilan, menjadi penulis lepas, menjadi buruh di perusahaan, dan masih banyak lagi. Mereka ingin memiliki pemasukan, tidak hanya mengharapkan gaji suami. Mereka meyakini, baik suami maupun istri, memilki hak dan kewajiban yang sama.

“Bukan laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat usang”. Kata-kata Kartini ini mendorong perempuan untuk melawan stigma-stigma yang seolah meremehkan. Tidak ada satupun yang dapat menghalangi perempuan dalam mencapai tujuan mereka.

Baca Juga: Tips Makan Sehat untuk Mahasiswa

Perempuan dan Harapan Pendidikan Anak yang Tinggi

Tidak semua orang memiliki kesempatan sama untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Setidaknya, itulah kata orang-orang yang pesimis. “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya”, kata Kartini yang membangkitkan semangat perempuan tentang pentingnya pendidikan. Lewat pendidikan, perempuan mampu berkontribusi lebih untuk masyarakat. Kartini “zaman now” menganggap privilese hanyalah bonus, bukan tembok pembatas antara perempuan dan cita-cita mereka.

Beberapa perempuan saat ini mungkin terkendala untuk melanjutkan pendidikan seperti cita-cita orangtua dulu. Ada yang harus berhenti di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Ada juga yang harus puas dengan gelar sarjana meski impian sebenarnya ingin S2 atau S3. Mereka tidak menyesal dengan hal itu. Satu-satunya yang mereka yakini adalah mimpi itu tidaklah sirna, hanya menunggu penerus, yaitu anak mereka, yang kelak akan melanjutkan.

Baca Juga: Contoh Esai Untuk Lomba Nasional

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Tingkatan Koneksi di LinkedIn

Monetisasi Facebook: Seberapa Pentingkah Caption Postingan, Reel dan Video?

Monetisasi Facebook: Seberapa Pentingkah CTA (Call to Action)?

CONTOH ESAI: SALING SINERGI ANTAR LINTAS SEKTORAL LEMBAGA NEGARA UNTUK MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

10 Tips Makan Sehat untuk Mahasiswa "Super Sibuk"

Monetisasi Facebook: Memahami Niche Konten dan Perannya Dalam Meningkatkan Pengikut

CerMot: Cerita Tentang Gelas Berisi Air